Sunday, March 4, 2007

Kawan Yang Telah Hilang

Saya pernah kehilangan kawan, rasanya menyakitkan. Terlebih masalah dilematis yang menandai keterpususan itu. Mungkin orang tua bilang “nasi telah menjadi bubur”, tak kan ada bentuk untuk bisa dikembalikan seperti semula. Semuanya telah terjadi, semuanya telah menjadi bentuk baru yang menuntut harus difahami bahwasanya itulah bentuk hidupmu yang ada dalam dirinya, jangan tangisi karena hidup indah yang telah hilang bukan hal untuk disesalkan, banyak hal yang bisa kamu ambil dalam kejadian yang telah lampau. Bukankah dirimu banyak berfikir paska kejadian itu, itulah hikmah, itu lah pelajaran besar yang mulai kamu dapatkan. Dan jangan berkecil hari setiap orang tua pasti memiliki sejarah hidup seperti kejadian itu, meski bentuknya berbeda akan tetapi semuanya dalam porsi yang sama, bilamana kamu adalah manusia yang percaya mengenai Tuhan itu adil.

Awalmulanya saya berkeyakinan, dan mungkin dia adalah juga seperti saya mengenai karekteristik dalam berfikir untuk mengurai segala masalah, seorang yang sungguh toleran, memiliki kemauan untuk mendialogkan segala hal, rela memahami kondisi dari keyakinan diluar diri kita untuk berempati dari kondisi orang lain, pendek kata, adalah manusia dialogis. Memahami dan mencermati dari alur masalah, ternyata kondisi satu sama lainya tidak menunjukkan usaha membuka diri dalam menjelaskan masalah dan meminta pengertian-pengertian yang saat itu bisa dilakukan.

Masalah ada dan waktu tetap berjalan, dan sampai sekarang tidak pernah ada penjelasan mengenai duduk perkara dalam menilai masalah itu, akhirnya mengenai kesan masalah itu adalah statis, sementara waktu itu dinamis terus dan terus memberikan pengalaman-pengalaman baru yang bisa dijadikan bahan pertimbangan seberapa penting masalah itu untuk terus dijadikan orientasi dalam memberikan nilai, seberapa baik hal itu untuk terus diusahakan agar bisa memberikan manfaat kebaikan bagi hidup masing-masing, akhirnya waktu yang menguji. Bahwa masalah itu seolah tidak menjadi penting lagi menginggat hidup banyak memberikan warna. Dan mulailah dalam diri saya bertumbuh sebuah keyakinan bahwa Tuhan adalah maha segala apa yang tidak kita tahu.

Masalah yang menyedihkan adalah, saat tidak adanya ruang untuk memberikan pemahaman, mengapa dan kenapa masalah itu muncul, serta bagaimana, saya dan dia harus memahaminya, sejauh saat itu kita tidak pernah menemukan bentuk mediasi yang tepat untuk menguraikan dan memahfumkan bahwa masalah itu adalah manusiawi. Yang ada hanya emosi belaka. Dan sampailah keterpisahan yang benar-benar nyata memengal kehidupan dari masing-masing diri kita. Perpisahan itu tanpa bisa memberikan itikad pemahaman, bahwa ada kesalahan yang harus kita maklumkan dimana kita adalah manusia yang hanya hidup dengan sejengkal pengalaman dalam masa yang terbatas ini.

Hidup terus berjalan, semuanya meneruskan hidupnya. Hanya satu harapanku untuknya ”semoga hidupnya selalu baik, dan dia bisa menikamti hidup yang dijalaninya”. Dia orang pintar dan baik, yang sungguh patut untuk mendapatkan banyak kebaikan dari segala daya usaha yang telah dia lakukan. Sungguh ternyata hidup ada bagian yang tidak bisa kita mengerti. Dan mungkin tidak penting untuk mencoba memahami hidup, dikarenakan yang lebih terpenting adalah menjalaninya, bukan sekedar memikirkannya.



0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home

  • Civil Code KUHPerdata
  • Penal Code KUHP
  • Constitution's