Monday, February 26, 2007

Pesan Flow, Sungguh Sedih


Yang saya tahu hanya sedih flow, saat kamu kirim pesan ini.
benar menjadi manusia tidak boleh kufur nikmat dari Tuhan

27-februari 2007




mengenai photo grafernya yang mati setelah 3 bulan dari pengambilan ini, saya bisa membayangkan. Betapa selalu hal ini akan menghantui kehidupanya.
saat ngeposting ini, kopi disebelahku tak tersentuh lagi.
tentunya latarbelakang foto ini memberikan penghayatan yang luar biasa baginya, sedangkan saya yang hanya melihat untuk pertama kalinya , sungguh-sungguh tersiksa.

Wednesday, February 21, 2007

Jangan Pergi Dulu Tetaplah Diruangan Itu

Saya bosan saat harus terus menunggu, menunggu tanpa ada kepastian: "seperti daun kering yang dihempas angin kemana ia harus jatuh, tak tahu". Saat hujan akan turun dengan petanda langit gelap dan angin kencang, banyak menghempaskan daun-daun tua di depan halaman ruang kelas yang bisa kuintip dari balik tirai ruangan, suasana yang menyenagkan untuk dinikmati, hanya saja ada hal yang lebih dominan menggangu saat seperti ini, aku harus menunggu hanya dengan dasar pesan pendek "pls jangan pergi dulu, tunggu gw".

Dan jelas hujan mendahului kedatanganmu, saat anak-anak telah pergi dari ruangan itu sekarang yang ada hanya sepi. Bisa saja engkau memang punya niatan untuk datang, akan tetapi hujan menghalangimu. Dan aku diburu waktu untuk memberi kesimpulan dengan adanya dirimu, kau membuatku menunggu seperti manusia dungu dan meski ku harus memahami keadaan yang ada saat ini. Kau dikalahkan oleh hujan, mungkin.

Daun-daun yang seringkali jatuh berterbangan dari pohon, telah menghilang digantikan oleh rentetan hujan lebat, kilatan petir bersautan menghantarkan gemuruh. Saat itu aku masih menunggu dengan menyadarkan diri antara kursi-kursi yang tak beraturan bekas kuliah yang kau absen karenanya alasan itu.

Rupa-rupanya hujan ingin sekali berlama-lama, menguji kesabaran, dan aku tertidur di ruang 204, terbangun saat kau bangunkan dengan tangan basahmu,..... "dah lama nunggu", saat didinding depan ruangan kulihat jam telah menunjukkan angka 8. Dari pukul 5 sore sampai 8 sore, ternyata aku hanya menghabiskan waktu untuk menunggumu, menghabiskan waktu untuk bersorak-sorai dalam hujan dan geledek, menghabiskan waktu untuk menemani ruangan yang selalu ditinggal pergi oleh teman-teman saat sudah tak ada alasan harus di situ lagi, menghabiskan waktu untuk tidur ditempat yang seharusnya tidak untuk tidur. "Cabut", ucapnya singkat tanpa basa-basi. Lumayan, tidur diruangan itu ternyata tidak menghadirkan mimpi . Seandainya kata rumor itu benar, ngeri.




Tuesday, February 20, 2007

Nilai Kurang

Genuine Reason

Mohammad Agung Wiyono

Logika Hukum

110111060718


Tepat seperti apa yang saya inginkan, berfikir adalah proses yang dalam bagianya ada sebuah mekanisme pengulangan-pengulangan dari pengetahuan orang lain yang kita dapatkan, artinya seberapa orisinlnya kita mengakui ataupun menginginkan bahwa karya kita adalah genuine lepas dari berbagai kesinambungan asupan pengetahuan dari kehidupan orang lain. Saya pribadi kurang sepakat dengan yang namanya genuine reason, dalam peradaban kekinian, dimana semua hal terasa telah dibahasa tuntas oleh peradaban kita sebelumnya dan peradaban kekianian hanya sebatas meneruskan untuk menjadi sempurna dari bentuk (objek) masalah tersebut, dan cobalah kita abstraksikan masalah ini: “mencari pasangan lebih mudah dari pada mempertahankan”, bukankah hal tersebut telah menjawab mengenai seberapa besar derajat menemukan, dan mensempurnakan. Jadi peradaban kekinian mempunyai derajat yang lebih tinggi dalam merumuskan ide-ide besar mereka untuk menjadi “sempurna” dan tentunya bisa diaplikasikan dalam kehidupan nyata .

Mengenai berfikir saya lebih suka memahaminya dengan mengeneralisir bagian berfikir itu dengan dua bentuk petanda yang memiliki pertentangan seperti halnya,(konsep dari sistem negara federal Amerika):
• Objek masalah yang menjadikan hal itu harus dibahas dan itu masuk dalam kategori Materiil, (adalah hal yang bersifat universal)
Contoh: Ilmu pengetahuan, moralitas,keadilan,dsb.
• Cara kita mengeksplorasi objek yang kita anggap itu sebagai pengetahuan, dalam hal ini memberikan nilai keunikan karena setiap karakter pribadi pasti memiliki perbedaan dalam bentuk metode pengeksplorasianya, hal ini masuk dalam kategori Formal, (adalah hal yang bersifat individual, unik yang memunculkan perbedaan)
Contoh: Penafsiran kita dalam memahami masalah universal itu.

Maka dari uraian ini saya menyimpulkan yang namanya genuine reason adalah adanya kolaborasi hal-hal yang bersifat universal (ilmu pengetahuan) dan cara individu memahami pengetahuan yang ingin mereka rumuskan dalam bentuk baru dan dimana mereka lebih bisa memahaminya sebagai bentuk yang lebih memiliki nilai manfaat guna.

Dan kembali lagi mengenai cara menjembatani, perbedaan individu dalam memberi tafsir dari hal yang bersifat universal itu, yang memberikan kemungkinan adanya perbedaan, sekali lagi disini saya ingin memberikan analogi seperti: sistem kepemerintahan federasi Amerika Serikat, dimana saya memahami adanya negara dalam sebuah negara. Negara Federal dan Negara Bagian semuanya memiliki wewenang dalam menjalankan kepemerintahannya dan tentunya hal tersebut diatur dalam konstitusi, terlihat dengan jelas mengenai bentuk kedaulatan apa yang dimiliki oleh pemerintah federal dan kedaulatan apa yang dimiliki oleh pemerintah negara bagian, dimana kedua pemerintahan tersebut mendapatkan wewenang untuk membuat undang undang masing-masing dalam menjalankan keperintahanya dengan tujuan mensejahterakan rakyatnya, saya hanya ingin memahamkan bagai mana ketumpang-tindihan sistem keperintahanya justru mendinamisasikan sistem dari konsep negara federal. Dan tepatnya adalah hal sistem kepemerintahan Amerika Serikat yang bisa mencakup perbedaan baik itu yang berupa kepentingan,nilai guna, dan derajat nilai menjadi konsep yang dinamis.


Dan ternyata nilainya sedikit mengecewakan :-(
Ingat: Menjadilah lebih Negosiable dengan Dosen.

Tontonan Terbodoh Pagi Hari

Pagi tanggal 20 Februari 2007 yang menyakitkan, angkot riung-dago pukul 7-an pagi hari,membakar habis emosiku dan hanyalah kebodohan yang tersisa, saya tidak tahu dari mana ABG pelajar SMU itu mulai naik, saat saya naik angkot itu dari depan SPBU Dipati Ukur dua orang remaja muda-mudi itu telah ada di dalamnya, kami hanya bertiga dibelakang sopir, pelajar putri itu menangis terisak-isak di dekat teman laki-lakinya, saat saya naik yang ada hanya diam tak ada gerak kecuali tangis lirih remaja putri itu.

Selang beberapa menit setelah sampai di simpang dago laki-laki itu turun sembari menampar dua kali muka remaja putri, tanpa ada perlawanan dan pemberontakan, remaja putri itu pasrah dengan gamparan laki-laki perkasa, sontak kekagetanku mengisi seluruh relung jiwa. Bangsat, dia hanya bocah, bocah yang sudah berani kasar terhadap martabat temannya. Saya yakin laki-laki itu bukan bukan suaminya, saya yakin laki-laki itu tidak memberi makan remaja putri itu. Hanya saja atas nama apa dia berani melakukan aksi gampar-mengampar, sopir hanya diam dan saya pun diam, dua pengamen melihatnya terheran-heran saat dia mau mendekati angkot itu.


Saya tahu apa yang harus lakukan, kembali mengampari laki-laki bocah itu. Teriakan spontanlah yang muncul dari mulut busukku, sungguh-sungguh saya siap untuk mencabi-cabiknya dengan cutter yang masih tersimpan dalam saku jaket, yang kupinjam dari teman semalam bilamana laki-laki itu bereaksi dengan lebih dan sungguh beruntung tak ada hal yang lebih, sekilas menatap tajam kemukaku laki-laki itu melenggang. Pergi, sopir yang sedari tadi diam lalu dia angkat bicara, sudahlah jangan diurusin (dengan bahsa sunda), tepat saat remaja putri itu masih ada didepan mukanya, betapa dungunya sopir itu, mungkin dia menganggap pantas menganiaya perempuan istrinya bila dia menganggapnya salah, tapa peduli dengan sakit dan apa-apa yang dinginkan istrinya untuk tidak disiksa.


Saat itu juga saya menjadi membenci sopir angkot secara berlebih-lebihan, segala hal yang ada mengenai keburukan, saya tumpahkan diam-diam ke dalam dirinya, menjadilah saya diam dan diam hanya melihat remaja putri yang semakin tersudutkan, setelah melewati lampu merah tepat di depan McD dago remaja itu turun dari angkot dan mengejar lelaki yang menggamparnya. Saya tidak tahu apa yang ada dikepala peremepuan itu, semoga dia kembali dengan maksud membuat perhitungan dengan laki-laki yang mengamparnya, atau dia mengejar laki-lakinya untuk mengajak berbaikan dan mereka kembal ke niat semula. Bersekolah.


Semoga perempuan itu tidak bodoh dan tidak mau lagi dibodoh-bodohi oleh laki-laki yang menggamparnya, bila kamu hanya mengejarnya untuk memberi ampun ke laki-laki itu saya fikir kamu adalah perempuan yang pantas untuk digampar, dan dipermalukan seperti anjing didepan orang yang seharusnya tidak pantas untuk melihatmu diperlakukan seperi itu. Hanya ada satu jalan untuk saat itu mengenai apa yang harus kamu lakukan, kembali kesekolah menceritakan masalahmu dengan guru-gurumu disekolahan, tidak harus harus bereaksi sendiri untuk masalah yang menimpamu. Kembali kesekolah dan pikirkan baik-baik dirimu, hargai benar dirimu. Proteksi segala nilai kemanusiaan yang telah dianugrahkan padamu dari Tuhan dan dari masyarakat yang telah melegalitas harga dirimu. Dan fikirkan benar itu, orang yang melihatmu sungguh-sungguh merasa kasihan, ajukan laporan penganiayaan kepada polisi bersama orang tuamu. Nanti saat kamu sudah selesai sekolah atau lekas secepatnya kamu pulang kerumah menceritakan segala hal yang telah menimpamu kepada orang tua, orang tuamu akan lebih bisa mencari jalan keluar untuk kebaikan hidupmu, saat-saat seperti itu.


Sepertinya tidak, perempuan itu benar-benar ingin mengejar laki-laki yang mengamparinya. Muak dan malas untuk melihat, menoleh dan melihat apa yang terjadi. Karena remaja putri itu tidak melakukan hal yang seharusnya dia lakukan yang menurut pemahaman logis harus dialakukan. Saya hanya tidak mau lagi melihat apa yang terjadi, hanya doa semoga remaja putri itu baik-baik saja, dan apa yang ada dikepalanya ( apa yang baik menurutnya) didapatkan olehnya. Hanya saja bila remaja putri itu masih mau digampar lagi memang dia lebih pantas dianggap bintang, anjing jalang. Yang sangat pantas untuk digamparin dan dipermalukan dimanapun orang lain ingin mempermalukanya.


Remaja putri semoga kamu selamat dunia akhirat dan mampu menyelesaikan masalahmu dengan martabat kemanusiaan yang seharusnya ada dalam dirimu. Semoga kamu tidak memiliki hari buruk, seburuk hariku memahami teguran sopir angkot dan dirimu yang memilih mungkin mengejar cintamu. Saya hanya berharap kamu baik dan lebih baik untuk saat ini dan hidupmu kedepan.


Bila laki-laki itu bukan suamimu, bila laki-laki itu bukan orang yang bertanggung jawab dalam hidupmu, lupakan saja karena kamu lebih mirip binatang saat bersama denganya, dan dia lebih mirip setan bila bersama dirimu, betapa kamu tidak mendapatkan penghargaan yang seharusnya ada. Dia hanyalah sebatas temanmu mungkin kekasihmu atau mungki soulmate mu. Jangan percayai cinta yang dijalankan dengan kekerasan, penyiksaan, cinta tidak mengajarkan itu remaja putri. Tapi cinta mengajari kalian tumbuh bersama untuk menjadi dewasa dan bisa sepantasnya berperilaku sebagai manusia yang bermartabat, percayalah saat ini dia yang hanya pelajar SMA telah berani menganiaya dirimu bukan tidak mustahil kamu akan menjadi budak kesedihan bila terus bersama orang yang bertabiat seperti itu.


Carilah teman baru disekolahmu atau dilingkungan manapun yang kamu kenal kalau kamu ingin tetap ingin punya pasangan dan bia itu sebagai nafas hidupmu yang saya percayai cinta itu tidak menyiksa dan memperlakukan manusia seperti anjing, kamu pantas mendapatkan 10x kebaikan lelaki itu karena kamu cantik, kamu harus sadar itu. Dan bila tidak mungkin kamu memiliki keterbelakangan mental. Dan hanya satu hal pagi itu yang ada, muak melihat apa yang terjadi, terlebih apa yang kamu lakukan mengejar cinta kejammu itu. Semoga tidak abstraksi mengenai kebodohanmu tidak terjadi. Dan kalau itu terjadi betapa bodohnya diriku yang harus membenci sopir angkot sampai diubun-ubun kepala mengenai kedunguanya, teriakan sialku saat melihat apa yang tidak pantas untuk dilihat. Semoga kamu akan tumbuh kokoh dan kuat dengan pengalaman hidupmu.

Saya tahu apa itu cinta, dan kamu tahu apa itu cinta. dan lebih hebat lagi adalah pengertian cinta
yang difahami oleh orang tuamu, tanyakan ke orang tuamu, seperti apa cinta itu. dan pasti jawaban termungkin adalah: "tidak mengamparmu dijalan"



 

Thursday, February 15, 2007

Mimpi Yang Buruk ;-( Harus Dilawan :-)

*( lagu yang tak henti-hentinya, selalu ingin kudengarkan. Biasanya saat ku sukai sebuah lagu akan selalu ku ulang sampai puluh-an kali untukku dengarkan, kali ini aku tak mampu menghitung berapa kali kudengarkan lagu ini, anggun kapan kamu akan ada konser lagi, menjadi maslah saat saya lebih bisa menghayati lagi ini dibandingkan dengan lagu Indonesia Raya. Betapa saya kehilangan VolkGeist dengan adanya lagu ini, oh Indonesia Raya maafkan saya, saya hanya terharu, tenggelam dalam emosi, tepat seperti salah satu lirik lagu ini, suatu saat saya akan tersadar dan kembali untukmu, satu-satunya lagu yang ku hafal penuh tanpa ada salah saat menyanyikannya adalah kamu Indonesia Raya). Lagu ini (mimpi) mengajarkan saya untuk mengubur dalam-dalam kenangn pahit yang selalu membuat saat-saat dalam bagian hidupku terasa berheti sejenak. lagi-lagi seperti lagu ini, bagaimana dia menyadari bahwa mimpinya telah hilang akan tetapi dia butuh waktu untuk belajar memahami bagaimana dia harus melihat Das Sein dengan suka rela,  yang ada dalam dirinya saat ini adalah Das Sollen yang manja, dia memiliki kesadaran itu, akan tetapi dia belum bisa. Ayo semangat kamu bisa memberikan makna dari hidupmu saat ini bukan kesedihan akan tetapi kebahagiaan dan bila mana kamu masih meragu lupakan kebahagian, bukan itu yang terpenting dari hidupmu akan tetapi semangat untuk terus melangkah dan melangkah maju. Lupakan kebahagiaan,  tak usah kau hiraukan kesedihan karena hidup ini tak hanya harus untuk dia, dan hidup adalah menciptakan semangat meski dalam sedih sekalipun. Bukan mencari kebahagiaan, bukan menghindari kesedihan dia akan selalu bisa datang saat dia ingin, meski harus bertentangan dengan keinginan kita. Jelas bukan, teman yang harus kamu damba adalah semangat untuk terus antusias menjalani hidup meski dalam kondisi sedih ataupun bahagia, dan jangan kamu banyak tanya apa bisa? setiap orang punya hidup dan hidup adalah penghayatan, artinya kamu bisa. Ayo, semangat kawan.*

Yup, I will blow by blow in existence with morale. Agung jangan lupa senyum ya, minimal 5 kali sehari untuk teman-teman. Itu lebih menyegarkan dari pada muka kucel, males orang-orang ngelihatnya. Ok. Akan saya fahami benar itu.


Anggun C.S


Mimpi

Dalam hitam gelap malam
kuberdiri melawan sepi
di sini di pantai ini
telah terkubur sejuta kenangan
dihempas keras gelombang
dan tertimbun baru karang
yang tak kan mungkin dapat terulang

Wajah putih pucat pasi
tergores luka di hati
matamu membuka kisah
kasih asmara yang telah ternoda
hapuskan semua khayalan
lenyapkan satu harapan
kemana lagi harus mencari

Kau sandarkan sejenak beban diri
kau taburkan benih kasih
hanyalah emosi

Melambung jauh terbang tinggi
bersama mimpi
terlelap dalam lautan emosi
setelah aku sadar diri
kau tlah jauh pergi
tinggalkan mimpi yang tiada bertepi

Kini hanya rasa rindu
merasuk di dada
serasa sumpah melayang pergi
terbawa arus kasih membara

Wednesday, February 14, 2007

Laki-Laki Itu Keras Kepala

Menjadi laki-laki harus kuat seperti batu, digores dia tergores, dibanting ia meninggalkan luka. akan tetapi ia tetap kuat dan keras. Tetap keras dan kuat, tetap yakin dengan apa yang ia tuju saat ia mendapatkan konsekwensi tergores, tetap yakin dengan apa yang dituju saat ia mendapatkan konsekwensi dibanting. Ia tahu, ia akan tergores. Ia tahu, ia akan dibanting. Meski berimplikasi seperti itu, ia akan terus, dan kamu (perempuan) akan melihatnya dari luar, ia nampak baik-baik saja. Padahal tidak.

Dan saya tidak pernah tahu menjadi perempuan itu harus seperti apa, karena saya bukan perempuan dan tidak pernah merasa menjadi perempuan barang sedetik-pun, saya selalu berharap perempuan juga sekeras batu. Yakin dengan apa yang ia tuju meski harus digores, meski harus dibanting.

Yakinlah terus dengan tujuanmu, karena laki-laki selalu seperti itu, hanya mencoba memberanikan diri melangkah lebih jauh dan melangkah lebih jauh lagi, tak ada hal apapun yang lebih, selain dorongan untuk memberanikan diri.

Saat ia (laki-laki) jatuh dalam hidupnya ia akan “dicibir”, meski hatinya kecut, ia tak harus menangis dan ia terus melenggang dengan cibiran itu, saya tidak tahu dengan kamu (perempuan). Apakah saat kamu jatuh dalam hidupmu dan mengenai “cibiran” kamu akan menyimpan dalam-dalam itu, bila benar seperti itu, susah benar kamu akan melangkah. Karena waktumu dan caramu memahami masalah dirusak oleh “cibiran”, tidak lagi kamu sungguh-sungguh ingin keluar dari jatuhmu, lupakan itu. Dan melangkahlah dengan riang tanpa harus dibayang-bayangi “cibiran”.

Maaf saya hanya mengada-ada, tapi bila benar, semoga hidupmu kedepan, dan selamnya sampai kematian datang. digerakkan oleh semangat yang ingin terus mereguk makna kebaikan dari kehidupan ini.


Tidak Ada Kopi Digerimis Senja

Pertama-tama pemuda itu duduk diberanda rumahnya, tak seberapa lama dia meninggalkan berada itu dengan muka tak sedap, selidik punya selidik ternyata dia ketumpahan kopi hangat, susah payah dia bikin, pertama tidak ada gelas bersih satupun didapurnya, saat mencuci, yang sebelumnya hanya punya niatan untuk mencuci satu gelas saja, dia berubah pikiran, dia rapikan semuan gelas dan piring kotor didapur, mungkin itu adalah kontribusi positif untuk anggota rumah, tuntas sudah proses mencucinya.

Saat membuka laci dapur ibunya tak didapatkan gula yang dia butuhkan. Maka larilah ia kewarung sebelah, diwarung dia tidak mendapatkan gula (warung yang payah), pemilik warung selalu malas untuk mengurusi barang-barangnya. Pemilik warung itu lebih suka membuang waktunya untuk bermain kartu dengan pelanggannya. Sepertinya dia (pemilik warung) tidak pernah perduli dengan untung dari dagangannya, pemuda ini rupanya ingin sekali minum kopi hitam yang panas dengan air mendidih yang baru dianggkat dari kompor.

Mendapatkan barang yang dia cari tidak ada maka dia pergi, walaupun dia sempat ditawarin kopi mix susu dengan macam-macam merk. Dia tidak mau, dia hanya butuh kopi hitam kopi hitam yang pekat dan kental sedikit pahit, rasa-rasanya keinginan itu telah terpendam selama seminggu. Dan baru sempat dia bikin hari ini, sore hari dengan cuaca basah, dimana hujan sedari siang yang tiada henti-henti. Lapar, dia terbiasa lapar tapi dia tidak terbiasa menahan lebih lama keinginan kopi dan merokok.

Sebelum meninggalkan warung sipemilik warung yang zonder gula, dia (pemilik warung) sempat mencandainya “kamu cari gula atau cari pacar” dengan cengengesan khas pemilik warung, pemuda itu diam saja tanpa menimpali kata-katanya, dia melangkah membelah gerimis senja.

Tepat diwarung paling ujung dari jalan rumahnya dia mendapatkan kopi yang diinginkanya, dia tidak lagi mencari gula, akan tetapi dia lebih memilih kopi mix hitam. Meski diwarung yang ini ada gula. Sesampai dirumah tak pula ia dapati teremos air panas milik emaknya, dongkol benar hatinya, bikin kopi saja susah. Pertama dia nyalakan kompor gas emaknya, mondar-mandir sepertinya dia sedang mencari ketel untuk merebus air, tidak satupun ketel diketemukanya yang ada hanya wajan penggorengan.

Terlihat dia mulai otak-atik keran dapur untuk mengambi air setelah merebusnya beberapa lama dan jelas air mendidih, dia membaui sesuatu dalam air yang dimasaknya, airnya berbau, sambil memaki-maki apa yang telah terjadi dan yang telah dilakukanya, untuk bisa membikin hanya segelas kopi dia menemui kegagalan.

Nekat, pilihanya hanyalah nekad dengan membawa gelas kosong dan kopi sachetnya dia kewarung sebelah meminta air, pertama dia malu-malu, setelah tak ada lagi jarak untuk menganulir keinginanya dia meyakinkan dirinya untuk terus,” mas ada air panas”, “kopi pacarnya sudah dapat” sambil terkekeh-kekeh tak perduli dengan pemuda itu, terus saja dia main kartu “ ambil saja dekat toples permen karet paling kanan dekat kalender” (terusnya pemilik warung), setelah menuang air panas dia pamitan dan minta harga “ berapa mas”, “sudahlah, air saja kok harus dibeli”,(tak lupa sopan-santun) “ terimakasih, mas”. “Yoi” jawab pemilik warung genit, sebelum benar-benar meninggalkan warung , pemilik warung berseru “nanti malam nonton bola disini saja”. “ atur-atur lah” jawab pemuda itu sekenanya sambil terus melangkah.

Sampai dirumah dia menginginkan kopinya untuk dinikmati diberanda belakang rumahnya, disitu dia bisa melihat hujan dan merasakan dinginya sore dengan nyata. Agak berantakan, banyak koran dan kertas-ketas yang tidak jelas kegunaanya, dia taruh kopi dimeja dan mulai menarik kursi untuk mendapatkan posisi yang paling menyenagkan, sepintas ada berita dikoran yang menggelitik untuk dibacanya sambil melihat rintik-rintik hujan yang lucu, saat koran telah bergeser dan dalam jangkauan bacanya dia meloncat kaget, rupanya kopi tumpah seluruhnya, sebagian membasahi kertas dan koran sebagian membasahi bajuanya. Lantas dia bilang “Anjing”. Dengan membanting pintu dapur keras-keras. He is gone with grumpy.

Emaknya kemana? Abahnya kemana? Kakanya kemana? (andai ia punya kakak), adiknya kemana? (andai ia punya adik), pembantunya kemana? (andai ia punya pembantu). Dia sendiri tak punya siapa-siapa, yang dia punya hanya kesialan disore itu dan kepala penuh benang ruwet digerimis senja.

• Adakah benar-benar pemuda itu tidak memiliki siapa-siapa, selain kesialan dan kepala berisi benang ruwet.

• Mengapa dia bisa dengan cepat memutuskan pilihanya, bahwa sebelumnya dia memiliki pilihan akan tetapi pada kenyataanya dia tidak memilih apa yang sudah dia rencanakan, justru alternatif yang dia konkritkan.

• Benarkah pemilik warung tidak memikirkan keuntungan atas barang-barang yang dia jual, lalu bagaimana mengenai rumusan orang berdagang.

• Tenyata benar tidak ada ibu itu susah, hanya bikin kopi saja harus berputar-putar dulu dan itu pun tidak ada garansi untuk bisa dinikmati. Dan haruskah seseorang harus belajar melalui ibunya untuk benar-benar mengerti mengenai dapur.








Tegarlah terus,...(I Will Cry)

Sejauh mana dirimu ingin dan sedalam mana dirimu menghendaki, bila itu kamu inginkan maka akan terus hal itu ada dalam hidupmu. Semua tahu, bahwa hidup bergerak,selalu berubah yang muda menjadi tua, yang bodoh berusaha pintar, dan yang sudah pintar terus meng-upgrade kepintaranya, tidak beda jauh dengan konsep miskin dan kaya. Semuanya menginginkan berada dalam puncak piramida nilai ”istimewa” itu, ada banyak cara untuk menjalaninya, dimana setiap orang memiliki cara yang berbeda.

Kepada yang terhormat pembantu I ketua program, saya faham setiap orang memiliki masalah dan idealnya tidak harus ada yang merepotkan satu sama lainya, ideal. Hanya saja fahamkah anda mengenai batas ketidak mampuan manusia untuk terus berada dalam track ideal itu. Mungkin bapak benar bahwasanya menimbang masalah berdasarkan peraturan-peraturan secara formal itu adalah solusi konkret dan tidak mengada-ada. Akan tetapi hal itu akan menjadi masalah bila mana bapak berada dalam posisi yang terbalik. Bapak menjadi saya dan saya menjadi bapak.

Absolut, anda akan menemukan titik pandang yang membenarkan dan meguatkan, kenapa hal itu harus terjadi dan menjadi sebuah pilihan anda. Sejauh apapun argumentasi yang bisa anda lakukan tidak akan pernah ada toleransi dari pengharapan anda untuk bisa mendapatkan toleransi, sakit bukan. Bila masalah itu harus di dasarkan atas peraturan-peraturan. Bukankah dalam kehidupan ini ada pengecualian. Itulah toleransi, saya fikir anda sungguh lebih faham itu, dimana anda sangat terampil untuk berbicara mengenai hak dan kewajiban, apalagi yang lebih meyakinkan dalam hidup ini ketika kita tahu hak dan kewajiban kita dan mengingat anda telah banyak bersinggungan dengan hidup dalam hidup.

Mungkin anda tidak akan pernah tidur nyenyak, sama persis seperti saya tidak pernah dapat tidur nyenyak. Hidup ini luas bapak, tidak hanya harus mendapatkan manfaat dari tempat ini saja, manfaat dari hidup bisa didapatkan dimanapun kita berkehidupan. Benar-benar saya mengeluh dengan keputusan anda yang sampai sejauh ini adalah bukan kerena penerapan peraturan, akan tetapi lebih karena karakter beserta tabiat anda. Mungkin suatu saat saya akan tua dan mendapatkan banyak hal yang tidak pernah saya fikirkan. Dan bila kita diberi kesempatan bertemu kembali, banyak cerita yang akan terkuak kembali, mungkin suasana buruk akan kita dapatkan atau bahkan kita malah bisa tertawa-tawa bersama seoalah tiada hal buruk apapun yang pernah terjadi. How know’s?.

Saat ini saya sungguh-sungguh muak dengan anda, dan anda sungguh-sungguh menganggap saya adalah sampah, semoga hidup kita terus berjalan dan banyak hal yang kita temukan dalam hidup, lalu mengenai masalah ini biasa difahami dengan cara yang beda seiring dengan terus berjalanya hidup ini. Semoga benar kata banyak orang bahwa hidup itu dinamik dengan ditandai perubahan-perubahan yang tidak pernah berhenti, seperti itulah keabadian, saat perubahan-perubahan tak pernah bisa dihentikan, bukan sesuatu yang menghentikan diri ini dalam batasan nilai, bodoh, miskin, kaya, pintar. Tapi saat kita bisa merasa harus melakukan sesuatu yang harus kita lakukan, dan apapun itu bentuknya nanti, setiap orang akan kehilangan sesuatu pak, dan setiap orang akan mendapatkan sesuatu jua. Dan bahkan dalam satu waktu bentuk peristiwa itu pula kita merasakan, kehilangan dan mendapatkan.
Saya hanya ingin hidup sampai tua dengan segala daya-upaya yang bisa saya perjuangkan, anda bukan siapa-siapa meski dalam tahapan hidup ini anda memiliki wewenang yang nyata untuk mengubah alur perjalanan hidupku, saat manusia masih bisa berbagi maka berbagilah dia dan akan ada kebahagiaan disana, dan saat manusia sudah tidak bisa berbagi lagi maka kamu harus berani, karena hari (siang,malam) hanya bisa bergulir tanpa mencampuri urusan manusia yang berupa rasa. Hiduplah dengan tegar, karena hidup mencintai ketegaran.




Sunday, February 11, 2007

United States of America Lollypop


“Namanya juga dunia permen"

Amerika adalah negara gila, selalu saja membikin kejutan buatku, bahkan hal yang sangat sepele dan teramat remeh-temeh, adalah mengenai permen (gula-gula) Lollipop tradisional bikinan Disneyland. Rasanya memang enak tapi harganya tidak masuk akal setelah difikir-fikir. Dengan memperbandingkan materi barang dan harga maka enaknya menjadi tidak lagi sungguh-sungguh bisa dirasakan.

2 USD,untuk harga sebuah permen bulat dengan diameter 5 cm-an, bergambar Micky Mouse dengan warna permen yang berwarna-warni dengan tusuk permen yang terbuat dari kayu. 2 dollar harga kurs sekarang kurang lebih adalah Rp.20.000,- orang gila mana di Indinesia yang akan mau mengeluarkan harga seperti itu hanya untuk membeli permen, yang dalam hitungan menit kita kunyah dia akan musnah. Dengan Rp. 20.000,- sepertinya kita lebih bisa mendapatkan hal yang lebih bermanfaat dibandingkan sebuah permen bikinan negara United of America.

Fakta yang sinting tapi tidak bisa disangkal, Amerika bisa menjual permen dengan harga Rp.20.000,- sementara permen yang hampir mirip dengan permen itu di Indonesia dinamakan gulali paling banter hanya bisa dijual Rp. 1000,- . Dan kalaupun saya boleh memperbandingkan lollipop dan gulali, enakan dimana-mana gulalinya, lebih cocok dihati dan lebih cocok dilidah dan harga yang lebih manusiawi.

Uh,… ternyata Amerika tidak hanya jenius diberbagai aspek terutama tata kepemerintahanya dengan penciptaan konstitusi sistem pemerintahan Federalisme, dan peng-ekspor demokrasi “mutu terbagus”, tetepi juga jenius meng-create permen dengan harga sinting.

Logikanya,dari harga permen saja kita sudah mendapatkan perbedaan yang signifikan, bagaimana mungkin kami orang Indonesia pada khususnya dan masyarakat dunia berkembanga dan terbelakang pada umumnya bisa mengkuti ”standar berkehidupan” yang anda ekspor kenegara kami dalam berbagai bentuk baik itu materi atupun bentuk dunia cita yang anda paksakan ke dalam kehidupan kita semua ( berkembang ,maupun terbelakang). Maksud anda baik untuk mengajak kita semua mendapatkan hidup yang “layak” seperti anda akan tetapi cara anda cukup memuakkan untuk “kesehatan” kehidupan kita semua. Dan inilah realitas. Kita boleh meng-afirmasi dengan mengamini apa yang ada mengenai kesleboran Amerika, atau kita meng-afirmasi dengan melakukan hal apapun untuk memberikan “perlawanan” yang kita bisa, dengan cara apapun yang kita bisa untuk mengambil hak-hak dari hidup kita. Dimana kedaulatan hidup kita dan kedaulatan bangsa ini telah diambil oleh mereka dengan fakta formal maupun materiil segala sesuatu yang tidak mengikuti standar dari keinginan Amerika adalah dianggap tidak lazim.

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sama jeniusnya dengan bangsa Amerika, bila mana diberi kesempatan untuk bertumbuh-kembang membangun tradisinya, Amerika biarkanlah kami tumbuh dewasa dengan cara kami, bukan dengan cara anda, dengan itu akan lebih ada manfaat untuk kami dari pada kami harus anda ajari untuk menjadi dewasa, saat dewasa nanti kita akan bisa lebih mendatangkan kebaikan untuk perihal hubungan kita dalam mambangun peradaban kemanusiaan yang sehat, dimana itu adalah impian setiap bangsa. “Please trust me uncle sam”. Kami bisa menciptakan Ius contituendum yang kita impikan, untuk menjadi landasan bagi kita berpijak dalam menciptakan peradaban sehebat anda.


Saturday, February 10, 2007

DISCLOSURE

Keterbukaan (DISCLOSURE) di pasar modal

Bola adalah hidupnya, bola adalah nafasnya. Adalah Barrir dengan nama lengkap Muhammad Barrir, sarjana ekonomi dari ESP Unpad angkatan 97. Dia adalah wartawan, salah satu wartawan berita harian di bandung. Konstruksi bayangan saya mengenai dia adalah bola, bola, bola dan Persib.

Kenapa bola? Karena dia adalah wartawan dengan kekhususan berita olah raga, dan kenapa Persib? Bahwa mengingat dia dilahirkan di satuan masyarakat yang memiliki ”loyalitas” terhadap Persib tentunya hal menyenangkan dengan pekerjaanya, meliput segala hal yang berpunya ketersangkut-pautan dengan Persib untuk disetor ke redaksi koran tempat dimana dia kerja. Kalau saya menganalogikan kondisinya dengan apa yang dia kerjakan seperti pepatah asam di gunung garam di laut. Klop.

Terlihat begitu semangatnya dia menjalani pekerjaan dari profesinya, sebenarnya orang itu saat harus berangkat meliput pertandingan Persib di Deli Serdang , dia dihadapkan kepada pilihan yang dilematis. Adalah mengikuti psikotes yang diadakan oleh KPK, atau pergi, sedikit terpengkur dan berkesah kepada temanya mengenai apa yang harus dia pilih. Tak lama kemudia dalam diamnya, dia bangkit dari kursi sebelahku untuk berbenah me-pack barang yang harus dia bawa, artinya dia telah memutuskan untuk tetap hidup dengan bola. Semoga itu jalanmu kawan. Yakin saja bahwa tak ada yang lebih baik dari pilihan yang telah kamu ambil. Orang itu hebat, bisa mengambil keputusan dengan cepat untuk menentukan hal terbaik yang harus dipilih.

Dia berangkat setelah me-pack barangnya dan sholat isya. Sekitar pukul 00, sebelum berangkat dia sempat menghawatirkan jaringan seluler Flexsi sebagai koneksi internet yang menopang kerjannya, dia minta antar ke Bandung Super Mall untuk naik bis ke bandara Soekarna-Hatta mengejar jadwal penerbangan pagi Jakarta-Banda Acheh dengan Batavia Air, pergantian menit kami melewatkan dengan menunggu jadwal bis yang membawanya ke bandara, dengan hisapan rokok dan sepiring nasi goreng untuknya, sepiring mie rebus untukku. kami bercakap-kapap mengusir kelunya malam.

Sesekali segerombolan anak muda, dan raungan motor dari club-club motor membisingkan telinga di minggu dini hari.

Dalam kepastianya mengenai apa yang telah dia putuskan, masih kulihat renungan-renungan mengenai apa yang terjadi dengan dirinya, sebuah persimpangan yang harus berani dia pilih. Saat kami harus berpisah, dia berpesan dalam setengah berbisik ” doakan Persib menang”, agar wawancaranya lancar. Dimana aku membuat candaan untuknya ”Persib menang kamu tidak bisa pulang, atau persib kalah kamu akan mendapatkan sulit untuk wawancara,tapi bisa pulang”. Lantas kami tertawa-tertawa untuk pengakhiran kita. Dia kembali lagi 4 hari kedepan, terhitung setelah tulisan ini dibuat. Ya, kawan ku doakan Persib menang agar kerjamu lancar. Selamat pagi dan selamat bekerja. Jangan lupa markisa Medan.


Friday, February 9, 2007

Kunjungan Hangat

10 februari 2007 pukul o9.00 wib, saat baru terbangun dari tidur panjang, padahal saya tidur pukul 01.00, konklusinya adalah saya memang geblek, meski saya tahu pukul 07.00 saya harus bekerja. Malam panjang telah terlewatkan dengan riang, seingatku tidur kali ini benar-benar sleep lightly, lelap banget tidak sekalipun saya merasa terjaga. Kombinasi lelah dari aktivitas hari kemarin dan keinginan menikmati tidur dengan sempurna memberikan hasil tidur sempurna.


Hari yang teramat "aneh" untuk mahasiswa, dimana mahasiswanya baru bangun tidur dan seorang dosen terlihat rapi dan dendy, mendatangi tempat tinggal mahasiswanya untuk menanyakan beberapa perihal mengenai kondisi akademik mahasiswanya dan hal yang mungkin dianggap remeh-temeh. Seperti menanyakan kabar, kesibukan apa, dan hal-hal lain yang bersifat rutinitas. Kebetulan ditempat saya tinggal banyak pula mantan mahasiswanya, dan seorang teman akrabnya yang juga alumni dari tempat tinggalku, pertemuan yang menyenangkan, atau mungkin menyempatkan diri berkunjung mumpung melewati tempat ini dalam menuju tempat sebenarnya. What ever-lah, yang jelas ini manis.


Beliau adalah dosen wali saya, yang mengajar matakuliah logika hukum dan Pengantar Ilmu Hukum, untuk mata kuliah terakhir ini saya tidak diajar olehnya, kalau saja dia yang mengajar mungkin akan banyak hal indah yang saya reguk, dosen muda untuk ukuran dosen di Fakultas Hukum Unpad. Permulaan dari perkenalan kita sebetulnya lebih bisa dianggap sebagai pertemuan biasa saja, konteks interaksi dosen wali dan mahasiswanya (tidak ada yang istimewa),dia adalah dosen muda (lulusan th.91) yang terlihat begitu eksentrik dan saya adalah mahasiswanya yang pernah gagal kuliah di Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, dengan alasan apapun. Selebihnya saya adalah mahasiswa yang selalu "kurang bisa memahami metode belajar" yang beliau pergunakan, dari hal itulah afirmasi hubungan kita bertumbuh.


Dosen yang kreatif, selalu menuntut mahasiswanya memaksimalkan penalaran-penalaran. saat mengikuti kuliahnya. Hal "lucu" yang pernah saya dapatkan dari dia adalah saat beliau membicarakan kehidupan anak muda, mengenai pasangan (pacaran) dalam kuliah itu beliau mempertanyakan pandangan mahasiswanya mengenai kenapa perbedaan kondisi yang dimiliki manusia muda adalah hal selalu ada , ada yang berpasangan (pacaran) dan ada yang tidak, benarkah bentuk formal seperti itu dipengaruhi oleh prinsip (pemahaman das Sollen) dari objek yang berkaitan dengan cara berfikir objek.


Ruang kuliah menjadi mirip “pasar” suara bersliweran, saya sangat masih ingat saat ditanya mengenai hal itu? “berpasangan (pacaran) atau tidak adalah pilihan bebas seseorang dalam menjalani hidupnya, dimana setiap manusia memiliki free will (vrije wil, kemauan bebas) yang tidak harus dipermasalahkan sejauh hal tersebut tidak menimbulkan perbuatan melawan hukum”, lalu beliau memotong dengan lugas, meskipun saya masih memiliki runutan dari pernyataan yang ingin saya kemukakan, sangat prematur dimana pernyataan itu belum tuntas dan harus diakhiri, idealnya saya ingin menyusun penyataan dengan sedikit celah yang bisa dipermasalahkan olehnya. “Saya suka logika kamu, ngomong-ngomong kamu berpacaran atau tidak”? “ tidak pak”. “ Pantas kamu sungguh-sungguh memberikan argumentasi yang diplomatis, adalah cara untuk menutupi kekurangan ya”. Seluruh ruangan meledak menertawakan hal dianggapnya pantas untuk ditertawakan, ( dalam hati, dongkol bukan main. Dosen ini maunya apa sih???).


Dari permulaan seperti itulah, setiap ada kuliahnya saya selalu memberikan “wacana tandingan” dari tema yang kita pelajari, dan sekali lagi beliau membuktikan bahwa dia adalah dosen yang sangat apreciet terhadap ide dan gagasan mahasiswanya dalam dialog untuk perkuliahnya, semau apapun mahasiswanya membawa dialog kuliahnya dia akan berkemauan untuk memahamii alur berfikir mahasiswanya, dan ada saat-saat dimana logika kita terkoreksi oleh dialog. Untuk menyadari secara sungguh-sungguh bahwa argumentasi dari logika yang saya bangun kurang sempurna (salah) tanpa kita harus merasa malu atau dipermalukan, anda paling bisa memperlakukan mahasiswa seperti itu, nice. Terimakasih bos anda benar-benar memiliki penghargaan humandignity yang konkrit untuk mahasiswa.


Hidup Berfikir, Hidup Kebebasan berfikir, Hidup Penghormatan Berfikir, anda selalu memahamkan kepada kita bahwa jangan pernah takut untuk orisinilitas berfikir yang kita hasilkan meskipun ketika hal itu harus dihadapkan dengan kondisi yang kita pahami bahwa lawan kita adalah orang yang telah jelas memiliki kwalitas berfikir. Intinya jangan malu, jangan takut. Ha2x… saya selalu ingin tertawa-tawa bersama bapak, sehat terus ya pak, dan saya doakan anda segera menikah, karena menikah adalah kesempurnaan :-). Dan saya akan memikirkan kata-kata itu, :-) I love you so much, but I can lie love you,(Legal Opinio), sebaiknya itu ditafsirkan dan difahami seperti apa :-).














Saturday, February 3, 2007

Hidup Ini Indah Akan Tetapi Ada Kalanya Kita Tidak Bisa Menikmatinya

Dan tidak seperti biasanya, saya harus mengunjungi teman lama pada malam hari pukul 9 malam-an, saat itu cuaca mendung sesekali disertai rintik-rintik hujan.


Sesampai ditempatnya aku harus menunggunya beberapa lama, karena dia tidak ada ditempat. Sedikit kurang sabar dalam menanti, ada kegamangan untuk terus bertahan, akhirnya kuputuskan untuk pergi saja. Mungkin dia lagi banyak urusan.


Dalam langkah kepastianku untuk pergi, tepat didepan pintu halaman rumahnya. Kita dipertemukan nasib, dia muncul dari gang kecil menuju rumahnya, aku sudah tidak mengingat lagi pukul berapa. Yang aku tahu, aku sudah merasa jenuh menunggunya.
Saat pertama kali memasuki ruanga yang dulu sering ku singgahi, kali ini terasa asing. Sepertinya tak akan ada pembicaraan tanpa ku mengambil inisiatif untuk membuka obrolan, memang seperti itulah aku dan dia. Selalu diam.


Diluar kelumrahan saat mata saya sibuk memperhatikan berbagai aksesoris kamarnya, kebanyakan benda baru hanya sisir merah bulat yang tersisa. Dia memulai ceritanya dengan antusias " saya mencintainya, saya percaya bahwa saya memiliki intuisi yang dapat dipercaya untuk bisa menjalani kebersamaan kembali dengannya".
Sejujurnya malam itu, sebelumnya aku tidak faham mengenai apa yang kamu maksudkan padaku, mengenai siapa orangnya, tapi aku faham mengenai topik apa yang kamu bicarakan. Cinta, cintamu pada seseorang yang terus memberikan alasan bagimu untuk "bersemangat" menjalani hari-harimu.


Kawan terimakasih untuk dialog malam itu, meskipun kita saling mengakui bahwa apa yang kita miliki untuk memahami masalah cintamu tidak seluruhnya benar dalam memberikan konklusi dialog di malam gerimis. Kenapa aku harus mengatakan terimakasih untuk "masalahmu", alasanya adalah sepele. Sehabis dari tempatmu aku tidak bisa tidur, sepanjang larut malam, terus-menerus memikirkan dan meresapi apa-apa yang menjadi dialog kita. Cinta dan keyakinanmu dalam tataran idea untuk bisa terus memberikan ekspektasi dalam dunia riilmu, aku faham kalian adalah manusia yang saling mencintai bertahun-tahun lamanya, dan menurut kelumrahan logika yang saya fahami cinta kalian adalah telah memiliki segala-galanya, meski saat ini dunia kebersamaan kalian ditemboki oleh awan pekat.


Awan pekat itu tidak penting yang terpenting adalah usaha kalian me-recoveri hubungan dari kebersamaan cinta kalian dan saat ini kalian telah memulainya. Dan untuk keadilaan mengenai beban-beban dari cintamu, saya lebih untuk tidak mau memahaminya dengan objektif. Karena saya percaya cinta itu adalah buta, tepat seperti apa yang kamu pahamkan padaku. Saya sungguh-sungguh menyukai keyakinanmu untuk bisa saling berbagi dengannya. Terlebih waktu telah menguji dan menumbuh kembangkan tradisi kebersamaan kalian, saya yakin kau atau dia akan sangat tersiksa bila mendapatkan hidupmu- hidupnya tidak baik-baik saja. Sebut saja cinta itu tidak hanya memiliki bentuk formal, akan tetapi isi atau bentuk materiilnya juga. Kenapa seperti itu, saya memiliki pengalaman empiris yang mungkin bisa kamu fahami, bahwa saya juga pernah mencintai seseorang dan itu tidak bisa mencapai bentuk formalnya, dengan hanya memiliki bentuk materiil untuk terus mencintainya, contoh: saat ini saya menjalani realita yang jauh dengan dunia idea, merelakan sebisa mungkin pilihan hidupnya, meski itu menyakitkan. Saya tahu dan saya faham sebaliknya dia, bahwa saya mencintainya, akan tetapi kesadaran yang dia bangun ataupun yang saya bangun belum mampu meyakinkan akan hidup kita sehingga yang ada koyak-mengkoyak keinginan untuk membangun kebersamaan kita, bahwa kebersamaan kita harus dihentikan. Yang pada akhirnya dia memilih untuk mematangkan hidupnya dengan orang lain.


Sejauh apapun ketika dilihat dari sisi-sisi normatifnya, kenyataan cinta yang saya ini tidak ada hal baiknya, sungguh jauh dari nasibmu. Secara logika kamu bisa melakukan kebaikan apa-pun yang kamu inginkan bersama pasanganmu. Saya tidak bisa melakukan itu dengan orang yang saya cintai. Karena dia telah memilih pasangan untuk membentuk kebahagian-kebahagian yang dia inginkan, itu tidak dengan saya. Tapi tidak seperti itu, saya faham bahwa saya tidak lagi memilikinya, berkeluh-kesah, berbagi suka-duka, bermanja-manjaan, tidak lagi bisa saya berikan padanya. Tapi ada hal yang tidak bisa saya sangkal bahwa banyak bagian dari hidup saya ini yang masih tergerakkan olehnya.


Tadi pagi saya terlambat kerja, selama empat jam. Bukankah itu hal gila, hanya karena saya memikirkan dan ”mengagumi” ketangguhanmu dalam bertahan untuk berjalan terus diatas keyakinan, bahwa kamu akan bisa berbahagia dengan pasanganmu. Saya berdoa untukmu malam itu, agar Tuhan tidak salah memberikan bentuk nasib mengenai perasaamu dengan cintamu, dan sebaliknya. Semoga semuanya baik-baik saja, saya sudah memutuskan bahwa besok saya akan ketemu dengan keluarga saya sebelumnya akan saya sempatkan berkunjung kerumahmu. Kenapa, tidak semata-mata saya ingin menemuimu lebih karena kotamu itu, memberikan kenangan yang teramat manis saat permulaan saya mulai membangun kepedulian, kasih sayang, dengan orang yang selalu saya fikirkan. Selamat datang Boetenzorg, Bogor yang mungil dan manis saya akan kembali menyisirmu, menguak kembali kenangan yang tesimpan rapi disepanjang jalanmu.




Thursday, February 1, 2007

Nasihat Felix Frankfurter kepada M. Paul Claussen Jr.

 ( Bulan mei 1954, seorang anak lelaki berusia duabelas tahun dari Alexandria, Virginia menulis surat kepada Hakim Agung Felix, anggota Federal Supreme Court AS. Anak itu menulis bahwa ia berminat untuk memilih profesi hukum sebagai kariernya ( karya pengabdian hidupnya ), dan meminta nasehat mengenai cara yang sebaiknya untuk memulai mempersiapkan diri, sementara ia masih bersekolah di sekolah menengah ( Junior High School ). Hakim dan ilmuwan yang terkenal berwibawa itu menjawab suratnya :

Tidak ada seorangpun yang dapat menjadi ahli hukum yang sungguh-sungguh kompeten kecuali jika ia adalah seorang yang berbudaya ( a cultivated man ). Andaikata saya adalah anda, maka saya akan melupakan segala sesuatu yang merupakan persiapan tekhnis untuk memasuki bidang hukum. Jalan yang terbaik untuk mempersiapkan diri guna memasuki bidang hukum atau menjalankan profesi hukum adalah untuk memulai studi hukum sebagai orang yang banyak membaca ( a well read person ).
Hanya dengan cara demikian saja orang dapat memperoleh kemampuan untuk menggunakan bahasa lisan dan tulisan dan dengan kebiasaaan berfikir jernih yang hanya dapat diberikan oleh pendidikan yang sungguh-sungguh bebas. Tidak kurang pentingnya bagi seorang ahli hukum adalah pembinaan kemampuan imajinatif melalui pembacaan puisi, melihat dan menghayati lukisan-lukisan yang bermutu, dalam bentuk orisinilnya atau reproduksi-reproduksinya yang tersedia, dan mendengarkan musik yang bermutu.
Isilah pikiran anda dengan sebanyak mungkin bacaan yang baik ( good reading ), dan perluas serta perdalam perasaan-perasaan anda dengan mengalami dan menghayati secara intensif sebanyak mungkin rahasia-rahasia alam semesta yang indah,......

wassalam

Felix Frankfurter

  • Civil Code KUHPerdata
  • Penal Code KUHP
  • Constitution's